DASAR PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan Pertama
Pemberian
pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tujuan Pertolongan Pertama
- Menyelamatkan jiwa penderita
- Mencegah cacat
- Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Sistem Pelayanan Gawat
Darurat Terpadu
Dalam
perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari
suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan,
khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
- Akses dan Komunikasi Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.
- Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan
pertolongan pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi
ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi
kedaruratan di Lapangan
- Tansportasi
Mempersiapkan
penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Di dalam undang-undang
ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun
belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang
berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat
memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih
dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2
macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
- Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara
memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak
mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan
- Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan
oleh penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan
penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan
peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a. Sarung tangan lateks
Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat
menularkan penyakit.
b. Kaca mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit
kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh
melalui pakaian.
d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
f. Helm
Seiring risiko adanya
benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah terjadinya cedera pada
kepala saat melakukan pertolongan.
Kewajiban Pelaku Pertolongan
Pertama
Dalam menjalankan tugasnya
ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita
dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang
mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat
berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang
terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.
Kualifikasi Pelaku
Pertolongan Pertama
Agar
dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut :
- Jujur dan bertanggungjawab.
- Memiliki sikap profesional.
- Kematangan emosi.
- Kemampuan bersosialisasi.
- Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
- Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
- Mempunyai rasa bangga.
Fungsi Alat dan Bahan Dasar
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar
yang sebaiknya tersedia dan mampu digunakan oleh penolong di antaranya :
1. Alat dan bahan memeriksa korban
2. Alat dan bahan perawatan luka
3. Alat dan bahan perawatan patah tulang
4. Alat untuk memindahkan penderita
5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan
kemampuan
ANATOMI
Pengertian – pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi
adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu
yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat
atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh
manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi
anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan
menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Gambar bisa dilihat pada buku Pertolongan
Pertama edisi ke II, terbitan Markas Pusat PMI
BIDANG ANATOMIS
Dalam
posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah
bidang khayal:
1.
Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah
lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke
titik referensi (proximal) dan lebih
jauh ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh
manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar,
tubuh manusia dibagi menjadi :
a.
Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b.
Leher
c.
Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d.
Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan
tangan, tangan.
e.
Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah,
pergelangan kaki, kaki.
Rongga dalam tubuh manusia
Selain
pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam
tubuh yaitu :
a.
Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b.
Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal
cord”
c.
Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d.
Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4
bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas
dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan
usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk
usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e.
Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi
dalam
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh
manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan
tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah
dan mengeluarkan karbondioksida dari
tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh
tubuh.
5.
Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari
yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh
sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi
PENILAIAN
Saat
menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi
korbannya.
Langkah –
langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian
keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang
dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan
apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat
membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah
menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban.
Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian,
haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan
mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a.
Bagaimana
kondisi saat itu
b.
Kemungkinan
apa saja yang akan terjadi
c.
Bagaimana
mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong
korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.
Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan
selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong,
penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan
diri, bila memungkinkan:
·
Nama
Penolong
·
Nama
Organisasi
·
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian
(mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan
/ cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan
pemantauan.
6. Minta bantuan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat
diperoleh dari :
·
Kejadian itu
sendiri.
·
Penderita
(bila sadar).
·
Keluarga
atau saksi.
·
Mekanisme
kejadian.
·
Perubahan
bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
·
Gejala atau
tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan
mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah
penilaian dini
a. Kesan
umum
Seiring mendekati penderita, penolong
harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau
teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang
terlihat atau teraba
b.
Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan
gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita
Terdapat
4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau
mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap
rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada
tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap
rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau
sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Memastikan
jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang
masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun
bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
a. Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah
dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas
biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
b.
Pasien yang
tidak respon
Pada penderita yang tidak respon,
penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara
membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat
dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan
atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
d. Menilai
pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan
lihat, dengar dan rasakan,
nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik
i.
Dada naik
dan turun secara penuh
ii.
Bernapas
mudah dan lancar
iii.
Kualitas
pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit
anak – anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i.
Dada tidak
naik atau turun secara penuh
ii.
Terdapat kesulitan
bernapas
iii.
Cyanosis
(warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv.
Kualitas
pernapasan tidak normal
e. Menilai
sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik
Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak
terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup
banyak.
f. Hubungi
bantuan
Mintalah
bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan
harus singkat, jelas dan lengkap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1.
Penglihatan
(Inspection)
2.
Perabaan (Palpation)
3.
Pendengaran
(Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan
secara rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat.
Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat
memeriksa korban :
P erubahan bentuk - (Deformities)
bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open
Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness)
daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling)
daerah yang cedera mengalami pembengkakan
Beberapa tanda cedera mungkin
dapat jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat dan menyimpan serius cedera
potensial.
Dengarkan
penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan memungkinkan
mendapat informasi.
Pemeriksaan
fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan
dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan
dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1.
Kepala
Ø Kulit Kepala dan Tengkorak
Ø Telinga dan Hidung
Ø Pupil Mata
Ø Mulut
2.
Leher
3.
Dada
Ø Periksa perubahan bentuk, luka
terbuka, atau perubahan kekerasan
Ø Rasakan perubahan bentuk tulang
rusuk sampai ke tulang belakang
Ø Lakukan perabaan pada tulang
4.
Abdomen
Ø Periksa rigiditas (kekerasan)
Ø Periksa potensial luka dan
infeksi
Ø Mungkin terjadi cedera tidak
terlihat, lakukan perabaan
Ø Periksa adanya pembengkakan
5.
Punggung
Ø Periksa perubahan bentuk pada
tulang rusuk
Ø Periksa perubahan bentuk
sepanjang tulang belakang
6.
Pelvis
7.
Alat gerak atas
8.
Alat gerak bawah
Pemeriksaan
tanda vital
- Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
- Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
- Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
- Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 -
150 x/menit
Anak : 80 -
150 x/menit
Dewasa : 60 - 90
x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 -
50 x/ menit
Anak : 15 -
30 x/ menit
Dewasa : 12 - 20
x/ menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan
wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika
menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat
berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan
Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan
yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani
penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum
namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman
terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar
terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting
untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di
rumah sakit.
P = Penyakit yang
diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau
pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita
pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3
tahun yang lalu.
A = Alergi yang
dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan
pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau
keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum
kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat
ini.
Wawancara ini dapat dilakukan
sambil memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai
dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan,
selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus
yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan
setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15
menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala
adalah :
- Keadaan respon
- Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
- Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
- Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
- Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
- Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
- Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
- Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah
untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan
anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
- Umur dan jenis kelamin penderita
- Keluhan Utama
- Tingkat respon
- Keadaan jalan napas
- Pernapasan
- Sirkulasi
- Pemeriksaan Fisik yang penting
- KOMPAK yang penting
- Penatalaksanaan
- Perkembangan lainnya yang dianggap penting
Bila ada formulirnya sertakan form
laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim
bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BHD
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a.
Sistem pernapasan, fungsi :
Ø Mengambil oksigen
Ø Mengeluarkan CO2
Ø Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
i.
Mulut/hidung
ii.
Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v.
Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di
paru-paru).
b.
Sistem sirkulasi, fungsi :
Ø Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Ø Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Ø Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Ø Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem
sirkulasi, terdiri dari :
i.
Jantung
ii.
Pembuluh darah ( arteri,
vena, kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah
putih, keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe
Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis
:
Tidak
ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan
otak.
Mati biologis
:
Biasanya
terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel
otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin,
pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).
Tanda-tanda pasti mati :
a.
Lebam mayat
b.
Kaku mayat
c.
Pembusukan
d.
Tanda lainnya : cedera
mematikan.
4 komponen rantai survival
a.
Kecepatan dalam permintaan
bantuan
b.
Resusitasi jantung paru ( RJP
)
c.
Defibrilasi
d.
Pertolongan hidup lanjut
3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a.
A (Airway Control) : penguasan
jalan napas
b.
B (Breathing Support) :
bantuan pernapasan
c.
C (Circulatory Suport) :
bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.
2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas
Ø Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
Ø Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )
2 macam cara membuka jalan napas
Ø Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada
trauma kepala,leher, tulang
belakang).
Ø Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust
maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat,
dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Ø Menempatkan posisi pemulihan
Ø Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Ø Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk
bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok,
kumur, dll.
Ø Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan
akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai
penderita
Sumbatan jalan napas
total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Ø Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan
antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Ø Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan
tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i.
Menggunakan mulut penolong :
Ø mulut ke masker RJP
Ø mulut ke APD
Ø mulut ke mulut/ hidung
ii.
Menggunakan alat bantu :
kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam
pemberian napas dari mulut ke mulut ;
Ø penyebaran penyakit
Ø kontaminasi bahan kimia
Ø muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk
masing-masing kelompok umur penderita.
Ø Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing
1,5-2 detik
Ø Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit,
masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit,
masing-masing 1-1,5 detik
Ø Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit,
masing-masing 1-1,5 detik
Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak
bernapas
i.
Tanda pernapasan adekuat :
Ø Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Ø Penderita tampak nyaman
Ø Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii.
Tanda pernapasan kurang adekuat
:
Ø Gerakan dada kurang baik
Ø Ada suara napas tambahan
Ø Kerja oto bantu napas
Ø Sianosis ( kulit kebiruan )
Ø Frekuensi napas kurang/ berlebih
Ø Perubahan status mental
iii. Tanda tidak bernapas :
Ø Tidak ada gerakan dada/ perut
Ø Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Ø Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.
Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan
sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Ø Dewasa :
4 – 5 cm
Ø Anak dan bayi :
3 – 4 cm
Ø Bayi :
1,5 – 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan
RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum
melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Ø Tidak ada respon
Ø Tidak ada napas
Ø Tidak ada nadi
Ø Alas RJP harus keras dan datar
a.
2 macam rasio pada RJP
i.
Dewasa dikenal 2 rasio :
Ø 2 penolong :
15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per
siklus
Ø 1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii.
Anak dan bayi hanya dikenal 1
rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan
) per silkus
b.
Prinsip penekanan pada
Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung
terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL
:
i.
Dewasa : 2 jari diatas
pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii.
Anak : 2 jari diatas
pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua
puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )
c.
6 tanda RJP dilakukan dengan
baik
i.
Saat melakukan PJL, suruh
seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup
baik.
ii.
Gerakan dada naik/turun
dengan baik saat memberikan bantuan napas.
iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali
membaik
v.
Mungkin ada reflek menelan
dan bergerak
vi. Nadi akan berdenyut kembali
d.
5 macam komplikasi yang dapat
terjadi pada RJP
i. Patah tulang dada/ iga
ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada (
hemothorak )
iv. Luka dan memar pada paru-paru
v. Robekan pada hati
e.
4 keadaan dimana tindakan RJP
di hentikan
i.
penderita pulih kembali
ii.
penolong kelelahan
iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih
terlatih
iv. jika ada tanda pasti mati
f.
Kesalahan pada RJP dan
akibatnya
KESALAHAN
|
AKIBAT
|
Penderita tdk berbaring pd bidang keras
|
PJL kurang efektif
|
Penderita tidak horisontal
|
Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang
|
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik
|
Jalan napas terganggu
|
Kebocoran saat melakukan napas buatan
|
Napas buatan tidak efektif
|
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka
saat pernapasan buatan
|
Napas buatan tidak efektif
|
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat
|
Patah tulang, luka dalam paru-paru
|
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik
|
Oksigenasi darah kurang
|
Pendarahan
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang
terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung,
pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada
dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan
pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan
karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima
darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk
selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah
dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan
oksigen.
Arteri/Pembuluh
Nadi
Adalah pembuluh darah yang
mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh
Balik
Adalah pembuluh darah yang
mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar
mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh
Rambut
Arteri akan terbagi – bagi
menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat
dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa
titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada
daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang
paling mudah:
1. Radial –
Berada di pergelangan tangan
2. Carotid –
Berada di leher
3. Femoral –
Berada di lipatan paha
Setiap
kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Darah
Komposisi
Terdiri atas sel darah putih, sel
darah merah, dan plasma darah.
Sumber
Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah
keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
PENDARAHAN
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan
luar (terbuka), bila kulit
juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan terlihat ada di luar
tubuh.
Perdarahan
dalam (tertutup), jika kulit
tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir langsung keluar tubuh.
Perdarahan
yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah
keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda
vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang
dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah
terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a.
Tekanan
Langsung
b.
Elevasi
c.
Titik Tekan
d.
Immobilisasi
Menggunakan
Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana
tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan
sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang
mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan
dalam.
Gejala dan
Tanda
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi.
Beberapa adalah sbb.:
a.
Batuk darah berwarna
merah muda
b.
Memuntahkan
darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c.
Terdapat
memar
d.
Bagian
Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard
universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi tenaga terlatih.
- Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
- Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
- Atasi Syok
- Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan
kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah mereka
tiba di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup
di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh
penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan
seperti :
- Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
- Memar
- Batuk darah
- Muntah darah
- Buang air besar atau air kecil berdarah
- Luka tusuk
- Patah tulang tertutup
- Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut
Perawatan Perdarahan
- Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
a.
Pakai APD
agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b.
Jangan
menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c.
Cucilah
tangan segera setelah selesai merawat
d.
Dekontaminasi
atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
- Pada perdarahan besar:
a. Jangan buang waktu mencari
penutup luka
b.
Tekan
langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan
lain.
c.
Bila tidak
berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada
alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titik-titik
tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan
- Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a. Gunakan tekanan langsung dengan
penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan
terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan
balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup
luka atau balutan pertama
- Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan
penderita
b. Buka jalan napas dan pertahankan
c. Periksa berkala pernapasan dan
denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok
atau diduga akan menjadi syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya
bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Penanganan
perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti
Syok
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal
mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang
penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).
Penyebab
Ø Kegagalan jantung memompa darah
Ø Kehilangan darah dalam jumlah
besar
Ø Pelebaran ( dilatasi )
pembuluh darah yang luas, sehingga darah
tidak dapat mengisinya dengan
baik
Ø Kekurangan cairan tubuh yang banyak
misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
Ø Nadi cepat dan lemah
Ø Napas cepat dan dangkal
Ø Kulit pucat,dingin dan lembab
Ø Sering kebiruan pada bibir dan
cuping telinga
Ø Haus
Ø Mual dan muntah
Ø Lemah dan pusing
Ø Merasa seperti mau kiamat,
gelisah
Penanganan syok
Ø Bawa penderita ke tempat teduh
dan aman
Ø Tidurkan telentang, tungkai
ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau
patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian
kaki.
Ø Pakaian penderita dilonggarkan
Ø Cegah kehilangan panas tubuh
dengan beri selimut penutup
Ø Tenangkan penderita
Ø Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Ø Kontrol perdarahan dan rawat
cedera lainnya bila ada
Ø Jangan beri makan dan minum.
Ø
Periksa
berkala tanda vital secara berkala
Ø
Rujuk ke
fasilitas kesehatan
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah
cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa.
Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat
terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan
serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya
cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara
garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan
/ terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di
bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa
kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan
di bawah kulit.
Pembagian
ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka
dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a.
Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan
permukaan yang tidak rata
b.
Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak
beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul.
Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c.
Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang
mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi. Sering merupakan kasus
kriminal
d.
Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa
masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar
luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e.
Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun
masih ada bagian yang menempel.
f.
Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka
tertutup yang sering ditemukan adalah :
a.
Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda
tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh
dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna
merah kebiruan
b.
Hematoma (darah yang terkumpul di
jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi
pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya
besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.
c.
Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat
besar. Dapat juga menjadi luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di
beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan
untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi
kain.
Fungsi pembalut
- Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
- Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
- Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Ø Pembalut pita/gulung.
Ø Pembalut segitiga (mitela).
Ø Pembalut penekan.
Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi
seluruh permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih
mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka
prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø
Pemasangan
penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang
menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalutan
Ø Jangan memasang pembalut sampai
perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan
perdarahan.
Ø Jangan membalut terlalu kencang
atau terlalu longgar.
Ø Jangan biarkan ujung bahan
terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
Ø Bila membalut luka yang kecil
sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar
untuk menambah luasnya permukaan
yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan
jaringan.
Ø Jangan menutupi ujung jari,
bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung
jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Ø Khusus pada anggota gerak
pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
Ø Lakukan pembalutan dalam posisi
yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi
bila dibalut dalam keadaan lurus.
Penggunaan penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut
dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus
perdarahan. Langkah-langkahnya :
- Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
- Beri bantalan penutup luka.
- Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
- Balut.
- Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
Perawatan luka Terbuka
1.
Pastikan
daerah luka terlihat
2.
Bersihkan
daerah sekitar luka
3.
Kontrol
perdarahan bila ada
4.
Cegah
kontaminasi lanjut
5.
Beri penutup
luka dan balut
6.
Baringkan
penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7.
Tenangkan
penderita
8.
Atasi syok
bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9.
Rujuk ke
fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan
perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai
berikut :
Ø Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Ø Balut tekan
Ø Istirahatkan anggota gerak tersebut
Ø Tinggikan anggota gerak tersebut
Bila
ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Perawatan
luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan
menancapnya benda asing adalah sebagai berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap
secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak
pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga
terlihat dengan jelas.
4.
Kendalikan
perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5.
Stabilkan
benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai
variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan
tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Patah Tulang
Cedera Otot
Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan
otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada
sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara
atau selamanya.
Gangguan yang
paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya
jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda
padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas
kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1.
Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar
sehingga patah.
2.
Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh
diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian
lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami
cedera berarti
3.
Gaya puntir.
Selain gaya
langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini
sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus
diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat
memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Gejala dan
tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah
tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin
dijumpai pada patah tulang :
- Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
- Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
- Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
- Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
- Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
Pembagian
Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2
yaitu :
- Patah tulang terbuka
- Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang
patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka.
Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya
adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga
dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan
melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk
mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
- Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
- Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
- Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
- Mengurangi rasa nyeri.
- Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
- Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium,
karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan
bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum.
- Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi
tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih
khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
- Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang
cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan
yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan
lain-lain.
- Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut,
umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai
sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah
tetap mengikuti pedoman umum.
1.
Sedapat
mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2.
Sebelum
membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3.
Selalu buka
atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di
daerah patah atau di bagian distalnya.
4.
Nilai
gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5.
Siapkan
alat-alat selengkapnya.
1.
6. Jangan
berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi
ketika ditemukan.
6.
Jangan
berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7.
Bidai harus
meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu
pada anggota badan penderita yang sehat.
8.
Bila cedera
terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan
juga membidai sendi distalnya.
9.
Lapisi bidai
dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10.
Isilah
bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11.
Ikatan
jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12.
Ikatan harus
cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas
dari tulang yang patah.
13.
Selesai
dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
14.
Jangan
membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1.
Lakukan
penilaian dini.
·
Kenali dan
atasi keadaan yang mengancam jiwa.
·
Jangan
terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2.
Lakukan
pemeriksaan fisik.
3.
Stabilkan
bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah
cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4.
Paparkan
seluruh bagian yang diduga cedera.
5.
Atasi
perdarahan dan rawat luka bila ada.
6.
Siapkan
semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7.
Lakukan
pembidaian.
8.
Kurangi rasa
sakit.
·
Istirahatkan
bagian yang cedera.
·
Kompres es
bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
·
Baringkan
penderita pada posisi yang nyaman.
Luka Bakar
Sebab :
v Panas
v Kimia
v Listrik
v Radiasi
PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1.
Luka
bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja
(epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang
bengkak
2.
Luka
bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu.
Luka bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada
kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai
ke tulang dan organ dalam. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan
kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan
hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf. Daerah
disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga
tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar
Gambar rumus sembilan
Rumus telapak tangan.
Cara lain untuk menghitung
luas luka bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak tangan korban.
Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa
perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka
bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Derajat
berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh
yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
·
Luka bakar derajat tiga
kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran
napas
·
Luka bakar derajat dua kurang
dari 15%
·
Luka bakar derajat satu
kurang dari 50%
Luka bakar sedang
·
Luka bakar derajat tiga antara
2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
·
Luka bakar derajat dua antara
15% sampai 30%
·
Luka bakar derajat satu lebih
dari 50%
Luka bakar berat
·
Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran
napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
·
Luka bakar derajat dua atau
tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
·
Luka bakar derajat tiga di
atas 10%
·
Luka bakar derajat dua lebih
dari 30%
·
Luka bakar yang disertai
cedera alat gerak
·
Luka bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa
penyulit pada luka bakar adalah :
1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang
dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan
kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2.
Adanya penyakit penyerta.
Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
Penatalaksanaan
luka bakar
·
Keamanan keadaan
·
Keamanan penolong dan orang lain
1.
Hentikan proses luka
bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada bahan kimia
alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5.
Tentukan derajat berat dan
luas luka bakar
6.
Tutup luka bakar dengan
penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang
terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7.
Upayakan penderita senyaman mungkin
Pemindahan
Saat
tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus
dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat
penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau
cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan
tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara
yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
·
Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
·
Gunakan tungkai jangan punggung
·
Upayakan untuk memindahkan
beban serapat mungkin dengan tubuh
·
Lakukan gerakan secara
menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
·
Bila dapat kurangi jarak atau
ketinggian yang harus dilalui korban
·
Perbaiki posisi dan angkatlah
secara bertahap
Hal-hal
tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang.
Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika
tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan
penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum,
bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di
tempat.
Pemindahan
korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban
Contoh
situasi yang membutuhkan pemindahan
segera:
·
Kebakaran atau bahaya kebakaran
·
Ledakan atau bahaya ledakan
·
Sukar untuk mengamankan
korban dari bahaya di lingkungannya :
–
Bangunan yang tidak stabil
–
Mobil terbalik
–
Kerumunan masa yang resah
–
Material berbahaya
–
Tumpahan minyak
–
Cuaca ekstrim
·
Memperoleh akses menuju korban lainnya
·
Bila tindakan penyelamatan
nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya melakukan RJP
Bahaya
terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini
dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan
menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
·
Tarikan baju
·
Tarikan selimut atau kain
·
Tarikan bahu/lengan
·
Menggendong
·
Memapah
·
Membopong
·
Angkatan pemadam
Pemindahan Biasa
Bila
tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila
semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya
:
·
Angkatan langsung
·
Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi Korban
Bagaimana
meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
·
Korban dengan syok
·
Tungkai ditinggikan
·
Korban dengan gangguan pernapasan
·
Biasanya posisi setengah duduk
·
Korban dengan nyeri perut
·
Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
·
Posisi pemulihan
·
Untuk korban yang tidak sadar
atau muntah
Tidak
mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban
akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi
·
Tandu beroda
·
Tandu lipat
·
Tandu skop / tandu ortopedi/
tandu trauma
·
Vest type extrication device (KED)
·
Tandu kursi
·
Tandu basket
·
Tandu fleksibel
·
Kain evakuasi
·
Papan spinal
Kedaruratan
Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam
kecelakaan dimasukan dalam kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami
kasus medis mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala
gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh
sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan
Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama
secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh
berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata
dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling
penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara
teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan
medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas
maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah
mengarah pada kedaruratan medis.
Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan
kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1.
Demam
2.
Nyeri
3.
Mual, muntah
4.
Buang air
kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5.
Pusing,
perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6.
Sesak atau
merasa sukar bernapas
7.
Rasa haus
atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1.
Perubahan
status mental (tidak sadar, bingung)
2.
Perubahan
irama jantung : nadi cepat atau sangat
lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3.
Perubahan
pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan,
terlalu merah)
4.
Perubahan keadaan
kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk
perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5.
Manik mata :
sangat lebar, atau sangat kecil
6.
Bau khas
dari mulut atau hidung
7.
Aktivitas
otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8.
Gangguan
saluran cerna : mual, muntah atau diare
9.
Tanda-tanda
lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita
merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang,
yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh
orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak
mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1.
Perasaan
limbung.
2.
Pandangan
berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3.
Lemas,
keluar keringat dingin.
4.
Menguap.
5.
Dapat
menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6.
Denyut nadi
lambat.
Penatalaksanaan :
1.
Baringkan
penderita dengan tungkai ditinggikan.
2.
Longgarkan
pakaian.
3.
Usahakan
penderita menghirup udara segar.
4.
Periksa
cedera lainnya.
5.
Beri
selimut, agar badannya hangat.
6.
Bila pulih,
usahakan istirahatkan beberapa menit.
7.
Bila tidak
cepat pulih, maka:
- periksa napas dan nadi.
- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1.
Kejang pada
otot yang disertai nyeri
2.
Tungkai dan
perut.
3.
Kelelahan.
4.
Mual
5.
Mungkin
pingsan
Penatalaksanaan :
1.
Baringkan
penderita di tempat teduh.
2.
Beri minum
kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK
MENCARI GARAM.
3.
Rujuk ke
fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan
aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan
terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
1.
Pernapasan
cepat dan dangkal.
2.
Nadi lemah.
3.
Kulit teraba
dingin, keriput, lembab dan selaput lendir
pucat
4.
Pucat,
keringat berlebihan.
5.
Lemah.
6.
Pusing,
kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1.
Baringkan
penderita di tempat yang teduh.
2.
Kendorkan
pakaian yang mengikat.
3.
Tinggikan
tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
4.
Berikan
oksigen bila ada.
5.
Beri minum
bila penderita sadar.
6.
Rujuk ke
fasilitas kesehatan.
Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu
tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak
diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.
Gejala dan tanda:
1.
Pernapasan
cepat dan dalam.
2.
Nadi cepat
dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3.
Kulit teraba
kering, panas kadang kemerahan
4.
Manik mata
melebar.
5.
Kehilangan
kesadaran.
6.
Kejang umum
atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1.
Turunkan
suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2.
Letakkan
kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta
di samping leher.
3.
Bila
memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
4.
Rujuk ke
fasilitas kesehatan.
3. Paparan dingin
(Hipotermia)
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu
lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa
keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1.
Penilaian
dini dan pemeriksaan penderita.
2.
Pindahkan
penderita dari lingkungan dingin.
3.
Jaga jalan
napas dan berikan oksigen bila ada.
4.
Ganti
pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5.
Bila
penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6.
Pantau tanda
vital secara berkala.
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh
dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan
bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang
sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif,
yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam
tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan
keracunan.
Cara terjadinya Keracunan pada manusia:
A.
Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah
yang berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali
penemuan kasus keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan.
B. Keracunan tidak disengaja
Misalnya:
a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/
zat kimia tertentu.
b. Salah minum yang biasanya terjadi pada
anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu
dan sebagainya.
c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida
tinggi.
d. Udara yang tercemar gas beracun.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya
dalam jumlah besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi
keracunan
b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong,
jengkol, tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa.
c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga
lainnya.
d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir,
minuman keras)
a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan
petunjuk mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus, sisa
makanan, sisa muntahan.
2.
Melalui pernapasan.
a.
Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas
mobil dalam kendaraan yang tertutup).
b.
Kebocoran gas industri.
3. Melalui kulit atau
absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun
yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut.
Keracunan ini dapat juga
terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya.
4. Melalui suntikan atau
gigitan
a. Gigitan / sengatan
binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.).
b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon,
ketimun laut, gurita, tiram dll).
c. Obat suntik
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan
yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke
dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran
pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila
masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah pernapasannya dan bila
melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang
terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun
tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b.
Penurunan respon
c.
Gangguan pernapasan
d.
Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e.
Mual, muntah, diare
f.
Lemas, lumpuh, kesemutan
g.
Pucat atau sianosis
h.
Kejang-kejang
i.
Gangguan pada kulit
j.
Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k.
Syok
l.
Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada
zat tertentu.
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan
dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila
berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila
memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka
baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan
mengencerkan racun .
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun
atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah
daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa
muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
10.
Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12.
Bawa ke fasilitas kesehatan
Incident Command System dan Triage
Incident Command System (ICS)
Di
sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini
merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan
baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di
Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah
mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan
pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa,
siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan
pengaturan di lokasi.
Secara
umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa
sehingga ada :
1. Daerah
triage
Pada
dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
2. Daerah
pertolongan
Setelah
pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana
pertolongan diberikan.
3. Daerah
transportasi
Pada
daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi
para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
4. Daerah
penampungan penolong dan peralatan.
Pada
daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data
dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan
juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.
Peran Penolong Pertama
Sebagai
penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan
pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
- Mendirikan Posko dan komandonya
- Menilai keadaan
- Meminta bantuan sesuai keperluan
- Mulai melakukan triage
Penilaian keadaan
Setelah
menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang
paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan
pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
- Keadaan
- Jumlah penderita
- Tindakan khusus
- Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
- Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
- Berapa banyak sektor yang diperlukan
- Wilayah atau areal penampungan
Buat
suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan
keperluan.
Triage
Triage
berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah
ini dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas
pertolongan atau transportasinya.
Prinsip
utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah
satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T
atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi
penderita menjadi 4 kategori :
1.
Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para
penderita yang kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status
mental
2.
Prioritas 2 – Kuning
Merupakan
prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan
seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak,
patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan
kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai ‘Walking Wounded”
atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami
cedera yang mematikan.
Pelaksanaan
triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan
dengan bahan yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda
triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh
perawatan maka label lama jangan dilepas
tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
Untuk
memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :
1.
Kumpulkan semua penderita
yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan, dan beri
mereka label HIJAU.
2.
Setelah itu alihkan kepada
penderita yang tersisa periksa :
3.
Pernapasan :
a.
Bila pernapasan lebih dari 30
kali / menit beri label MERAH.
b.
Bila penderita tidak bernapas
maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila
pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
c.
Bila pernapasan kurang dari
30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4.
Waktu pengisian kapiler :
a.
Lebih dari 2 detik berarti
kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila ada.
b.
Bila kurang dari 2 detik maka
nilai status mentalnya.
c.
Bila penerangan kurang maka
periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan
darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
5.
Pemeriksaan status mental :
a.
Pemeriksaan untuk mengikuti
perintah-perintah sederhana
b.
Bila penderita tidak mampu
mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.
Setelah memberikan label
kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke penderita
berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar